1. DEFENISI STRES DAN STRESOR
Stres dapat didefenisikan sebagai, “respons adaptif, dipengaruhi oleh karakteristik individual dan/atau proses psikilogis, yaitu akibat dari tindakan, situasi, atau kejadian eksternal yang menyebabkan tuntutan fisik dan/atau psikologis terhadap seseorang.”(Invacevich dan Matteson, 1980 dalam Kreitner dan Kinicki,2004.)
Walter Cannon,1920, merupakan respons fisiologis terhadap naiknya emosi dan menekankan fungsi adaptif dari reaksi “fight-or-flight” (menghadapi atau lari dari stress). Sementara hans Seyle, 1976, menyatakan bahwa stres merupakan situasi di mana suatu tuntutan yang sifatnya tidak spesifik dan mengharuskan seseorang memberikan respons atau mengambil tindakan.
Menurut Claude Bernard, 1867, (dalam Potter dan Perry, 1997), “perubahan dalam lingkungan internal dan eksternal dapat menggangu fungsi organisme sehingga penting bagi organisme tersebut untuk beradaptasi terhadap stresor agar dapat bertahan. Jadi, stresor merupakan stimuli yang mengawali atau memicu perubahan yang menimbulkan sters. Stress mewakili kebutuhan yang tidak terpenuhi, bias berupa kebutuhan fisiologis, psikologis, sosial, lingkungan, spiritual, dsb.
2. SUMBER STRESOR
Stresor, faktor yang menimbulkan stress, dapat berasal dari sumber internal ( yaitu diri sendiri) maupun eksternal ( yaitu keluarga, masyarakat, dan lingkungan).
1. Internal. Faktor internal stress bersumber dari diri sendiri. Stressor individual dapt timbul dari tuntutan pekerjaan atau beban yang terlalu berat, kondisi keuangan, ketidakpuasan dengan fisik tubuh, penyakit yang dialami, masa pubertas, karakteristik atau sifat yang dimiliki, dsb.
2. Eksternal. Faktor eksternal stress dapat bersumber dari keluarga, masyarakat, dan lingkungan. Stressor yang berasal dari keluarga disebabkan oleh adanya perselisihan dalam keluarga, perpisahan orang tua, adanya anggota keluarga yang mengalami kecanduan narkoba, dsb. Sumber stressor masyarakat dan lingkungan dapat berasal dari lingkungan pekerjaan, lingkungan sosial, atau lingkungan fisik.
3. JENIS STRES
Ditinjau dari penyebabnya, stress dapat dibagi dalam beberapa jenis sebagai berikut:
1. Stres fisik, merupakan stress yang disebabkan oleh keadaan fisik, seperti suhu yang terlalu tinggin atau terlalu rendah, suara bising, sinar matahari yang terlalu menyengat, dlln.
2. Stress kimiawi, merupakan stress yang disebabkan oleh pengaruh senyawa kimia yang terdapat pada obat-obatan, zat beracun asam, basa, faktor hormone atau gas, dlln.
3. Stress mikrobiologis, merupakan stress yang disebabkan oleh kuman, seperti virus, bakteri, atau parasit.
4. Stress fisiologis, merupakan stress yang disebabkan oleh gangguan fungsi organ tubuh, antara lain gangguan struktur tubuh, fungsi jaringan, organ, dlln.
5. Stress proses tumbuh kembang, merupakan stress yang disebabkan oleh proses tumbuh kembang seperti pada masa pubertas, pernikahan, dan pertambahan usia.
6. Stress psikologis dan emosional, merupakan stress yang disebabkan oleh gangguan situasi psikologis atau ketidakmampuan kondisi psikologis untuk menyesuaikan diri, misalnya dalam hubungan interpersonal, sosial budaya, atau keagamaan.
4. MODEL STRES
Akar dan dampak stress dapat dipelajari dari sisi medis dan model teori perilaku. Model stress ini dapat digunakan untuk membantu pasien mengatasi respons yang tidak sehat dan tidak produktif terhadap stressor.
a. Model Berdasarkan Respons
Model stress ini menjelaskan respons atau pola respons tertentu yang dapat mengidentifikasikan stressor. Model stress yang dikemukakan oleh Selye, 1976, menguraikan stress sebagai respons yang tidak spesifik dari tubuh terhadap tuntutan yang dihadapinya. Stress ditunjukkan oleh reaksi fisiologis tertentu yang disebut sindrom adaptasi umum ( general adaptation syndrome-GAS )
b. Model Berdasarkan Adaptasi
Model ini menyebutkan empat faktor yang menentukan apakah suatu situasi menimbulkan stress atau tidak ( Mechanic, 1962 ), yaitu:
1. Kemampuan untuk mengatasi stress, bergantung pada pengalaman seserang dalam menghadapi stress serupa, system pendukung, dan persepsi keseluruhan terhadap stress.
2. Praktik dan norma dari kelompok atau rekan-rekan pasien yang mengalami stress. Jika kelompoknya menggap wajar untuk membicarakan stressor, maka pasien dapat mengeluhkan atau mendiskusikan hal tersebut. Respons ini dapat membantu proses adaptasi terhadap stress.
3. Pengaruh lingkungan social dalam membantu seseorang menghadapi stressor. Seorang mahasiswa yang resah menghadapi hasil ujian akhirnya yang pertama dapat mencari pertolongan dosennya. Dosen dapat memberikan penilaian dan selanjutnya memberikan referensi kepada asisten dosen tertentu yang menurutnya mampu membantu kegiatan belajar mahasiswa tersebut. Dosen dan asisten dosen dalam contoh ini merupakan sumber penurun tingginya stressor yang dialami mahasiswa tersebut.
4. Sumber daya dapat digunakan untuk mengatasi stressor. Misalnya, seorang penderits sakit yang kurang mampu dalam hal keuangan dapat memperoleh bantuan tunjangan Askes dari perusahaan tempatnya bekerja untuk kemudian berobat di rumah sakit yang memadai. Hal ini mempengaruhi cara pasien untuk mendapatkan askes ke sumber daya yang dapat membantunya mengatasi stresir fisiologis.
c. Model Berdasarkan Stimulasi
Model ini berfokus pada karakteristik yang bersifat menggangu atau merusak dalam lingkungan. Riset klasik yang mengungkapkan stress sebagai stimulus telah menghasilkan skala penyesuaian ulang sosial, yang mengukur dampak dari peristiwa-peristiwa besar dalam kehidupan seseorang terhadap penyakit yang dideritanya (Holmes dan Rahe, 1976). Asumsi-asumsi yang mendasari model ini adalah:
1. Perisrtiwa-peristiwa yang mengubah hidup seseorang merupakan hal normal yang membutuhkan jenis dan waktu penyesuaian yang sama.
2. Orang adalah penerima stress yang pasif; persepsi mereka terhadap suatu peristiwa tidaklah relevan.
3. Semua orang memiliki ambang batas stimulus yang sama dan sakit akan timbul setelah ambang batas tersebut terlampaui.
d. Model berdasarkan Transaksi
Model ini memandang orang dan lingkungannya dalam hubungan yag dinamis, resiprokal, dan interaktif. Model ini dikembangkan oleh Lazarus dan Folkman ini menganggap stressor sebagai respons perceptual seseoarng yang berakar dari proses dan kognitif. Stress berasal dari hubungan antara orang dan lingkungannya
Mengapa di dunia ini harus ada stress ?
BalasHapussangat berterima kasih,, membantu sekali,, :)
BalasHapusEek
BalasHapusThanks infonya menarik banget. Oiya saya juga nemuin nih artikel keren yang nge bahas tentang cara mudah untuk mengatasi stres saat di kantor. Cek di sini ya man teman: Cara ampuh atasi stres di tempat kerja
BalasHapus