Kamis, 03 Maret 2011

METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF


A.    Pengertian Pembelajaran Kooperatif
     Pembelajaran Kooperatif  lebih mengacu pada metode pengajaran, siswa bekerja bersama dalam kelompok kecil saling membantu dalam belajar. (Nur dan Wikandari, 2000:25)
Menurut Eggen dan Kauchak (1993: 319), Pembelajaran Kooperatif sebagai sekumpulan strategi mengajar yang digunakan guru agar siswa saling -membantu dalam mempelajari sesuatu. Oleh karena itu belajar kooperatif ini juga dinamakan “belajar teman sebaya.”
      Hal yang penting dalam model pembelajaran kooperatif adalah bahwa siswa dapat belajar dengan cara bekerja sama dengan teman. Bahwa teman yang lebih mampu dapat menolong teman yang lemah. Dan setiap anggota kelompok tetap memberi sumbangan pada prestasi kelompok. Para siswa juga mendapat kesempatan untuk bersosialisasi.
      Beberapa teori yang mendasari, mengapa siswa yang bekerja dalam kelompok kooperatif belajar lebih banyak daripada kelas yang diorganisasikan secara tradisional adalah sebagai berikut (Slavin, 1995: 16).
1.      Teori Motivasi
Menurut teori motivasi, motivasi siswa pada pembelajaran kooperatif terutama terletak pada bagaimana bentuk hadiah atau struktur pencapaian tujuan saat siswa melaksanakan kegiatan. Terdapat tiga pencapaian tujuan seperti berikut ini:
1.      Kooperatif, di mana upaya-upaya berorientasi tujuan tiap individu menyumbang pencapaian tujuan individu lain. Siswa yakin bahwa tujuan mereka tercapai jika dan hanya jika siswa lain mencapai tujuan tersebut
2.      Kooperatif, di mana upaya-upaya berorientasi tujuan tiap individu membuat frustasi pencapaian tujuan individu lain. Siswa yakin bahwa mereka akan mencapai tujuan jika dan hanya jika siswa lain tidak mencapai tujuan tersebut.
3.      Individualistik, di mana upaya-upaya berorientasi tujuan tiap individu tidak memiliki konsekuensi terhadap pencapaian tujuan individu lain. Siswa yakin upaya mereka sendiri untuk mencapai tujuan tidak ada hubungannya dengan upaya siswa lain dalam mencapai tujuan tersebut.
Berdasarkan teori motivasi, struktur pencapaian tujuan menciptakan situasi di mana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya. Oleh karena itu, untuk mencapai tujuan yang diinginkan anggota kelompok harus saling membantu satu sama lain untuk keberhasilan kelompoknya dan atau yang lebih penting adalah memberi dorongan atau dukungan pada anggota lain untuk berusaha mencapai tujuan yang maksimal.
2.      Teori Kognitif
Teori kognitif menekankan pengaruh bekerja dalam suasana kebersamaan di dalam kelompok itu sendiri (apakah kelompok mencoba mencapai suatu tujuan kelompok atau tidak). Yang termasuk dalam kategori teori kognitif adalah teori perkembangan atau teori elaborasi kognitif.
a.       Teori Perkembangan
 Asumsi yang mendasar dari teori perkembangan adalah ingteraksi antar siswa di sekitar tugas-tugas yang sesuai dalam meningkatkan penguasaan mereka terhadap konsep-konsep yang sulit. Menurut Vygotsky interaksi antar siswa terjadi pada zona of proximal development ”jarak antara tingkat perkembangan sesungguhnya yang didefinisikan sebagai kemampuan pemecahan masalah secara mandiri dan tingkat perkembangan potensial yang didefinisikan sebagai kemampuan pemecahan masalah di bawah bimbingan orang dewasa atau teman sebaya yang lebih mampu.”
b.      Teori Elaborasi Kognitif
 Pandangan teori elaborasi kognitif berbeda dengan pandangan teori perkembangan. Penelitian dalam psikologji kognitif telah menemukan bahwa apabila informasi harus tinggal dalam memori, siswa harus terlibat dalam beberapa macam kegiatan restruktur atau elaborasi atas suatu materi. Sebagai contoh, membuat ikhtisar atau outline dari suatu bkuliah merupakan kegiatan belajar yang lebih baik daripada sekedar membuat catatan, karena ikhtisar atau outline menghendaki siswa mereorganisasi materi dan memilih materi yang penting. Salah satu cara elaborasi yang paling efektif adalah menjelaskan materi itu kepada orang lain. Dalam hal ini ada yang menjadi pembicara dan pendengar, dan antara pembicara dan pendengar akan lebih banyak belajar. Bila dibandingkan dengan belajar sendiri, pembicara akan lebih banyak belajar. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian bahwa siswa yang menerima penjelasan yang telah dijabarkan akan mendapatkan satu pelajaran lebih bila dibandingkan dengan belajar sendiri, tetapi tidak sebanyak yang diperoleh orang yang menerangkannya.

B.     Tujuan Pembelajaran Kooperatif
      Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai tiga tujuan pembelajaran yang penting, yakni perestasi akademik, penerimaan akan penghargaan dan pengembangan keterampilan sosial (Arends, 1997: 111).
1.      Perestasi Akademik
Meskipun pemelajaran kooperatif mencakup berbagai tujuan sosial, namun pembelajaran kooperatif juga dapat digunakan untuk meningkatkan prestasi akademik. Para pengembang pembelajaran kooperatif telah menunjukan bahwa struktur penghargaan kooperatif dapat meningkatkan nilai yang diperoleh siswa dan mengubah norma-norma yang sesuai dengan prestasi itu (Arends, 1997: 111). Selain itu, pembelajaran kooperatif dapat bermanfaat bagi siswa yang berprestasi rendah dan tinggi bersama-sama dalam mengajarkan tugas-tugas akademik. Siswa yang berprestasi tinggi secara akademik memperoleh lebih banyak karena ia berfungsi sebagai tutor yang membutuhkan pemikiran yang lebih mendalam tentang konsep-konsep dalam suatu pelajaran.
2.      Penerimaan akan Keanekaragaman
Efek penting kedua dari model pembelajaran kooperatif adalah penerimaan yang lebih luas dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial, kemampuan dan ketidakmampuannya. Belajar kooperatif menyajikan peluang bagi siswa dari berbagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja dengan saling bergantung pada tugas-tugas akademik, dan melalui struktur penghargaan kooperatif akan belajar saling menghargai satu sama lain.
3.      Perkembangan Keterampilan Kooperatif
Tujuan ketiga dan penting dari belajar kooperatif adalah mengajarkan kepada siswa keterampilan-keterampilan kerjasama dan elaborasi. Ini merupakan keterampilan penting yang harus dimiliki dalam suatu masyarakat, di mana banyak pekerjaan orang dewasa dilakukan dalam organisasi besar dan saling ketergantungan dan sangat beragam budayanya. Namun banyak anak-anak dan orang dewasa kekurangan keterampilan ini. Hal ini dibutuhkan dengan seberapa sering ketidaksesuaian di antara individu-individu dapat membawa pada tindak kekerasan atau seberapa sering orang dewasa menyampaikan rasa tidak puasnya saat diminta bekerja dalam situasi kooperatif.

C.    Ciri-ciri  Pembelajaran Kooperatif:
1.      Siswa dalam sebuah kelompok secara kooperatif menyelesaikan materi belajar sesuai kompetensi dasar yang ingin dicapai.
2.      Pembagian Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan yang berbeda-beda, baik yang memiliki kemampuan tinggi, sedang atau rendah. Pembagian Kelompok, jika memungkinkan, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan jender.
3.      Adanya Penghargaan, dalam artian penghargaan dalam pembelajaran kooperatif lebih menekankan pada kelompok dari pada masing-masing individu.

D.    Tipe-Tipe Pembelajaran Kooperatif

Tidak ada komentar:

Posting Komentar